CONTENT BIOGRAPHY

  • Abdurrahman Wahid
  • Abraham Lincoln
  • Adam Clayton
  • Adriyanti Firdasari
  • Albert Einstein
  • Alfred Hitchcock
  • Amelia Earhart(The first female pilot)
  • Andrew Jackson
  • Andrew Johnson
  • Angelina Jolie
  • Antonio Abetti
  • Antonio Contelife
  • Antonio Meucci (telephone)
  • Arnold
  • Avenged Sevenfold
  • Barack Obama
  • Barry White
  • Benjamin Harrison
  • Bill Clinton
  • Bob Marley
  • Bon Jovi
  • Brian De Palma
  • Britney Spears
  • Brooke Shields
  • Bruno Mars
  • Calvin Coolidge
  • Calvin Klein
  • Carl Sagan
  • Casey Stoner
  • Chester Arthur
  • christopher columbus
  • Ciara
  • Continental Drift Hypothesis
  • Cristiano Ronaldo
  • Dani Pedrosa
  • David Beckham
  • David Luiz
  • Dhani Ahmad Prasetyo
  • Diana Spencer
  • Dida
  • Dewa Budjana
  • Dorothy Arzner
  • Drew Barrymore
  • Dr.Grigory Perelman(mathematician)
  • Dwight Eisenhower
  • El Pacino
  • Elia Kazan
  • Eminem
  • Francis Ford Coppola
  • Franklin Delano Roosevelt
  • Franklin Pierce
  • George H. W. Bush
  • George W. Bush
  • George Washington
  • Gerald Ford
  • Grover Cleveland
  • Harry Truman
  • Herbert Hoover
  • Hugh Grant
  • Howard Hughes
  • Jack Dorsey (twitter)
  • James Buchanan
  • James Garfield
  • James Madison
  • James Monroe
  • James Polk
  • Jean Harlow
  • Jhon Lennon
  • Jimmy Carter
  • Joan Holloway
  • Jodie Foster
  • John Adams
  • John Barrimore
  • John Kennedy
  • John Quincy Adams
  • John Tyler
  • Jorge Lorenzo
  • Jude Law
  • JUSTIN BIEBER
  • Kate Winslet
  • Kate Walsh
  • Ke Ikhlasan Cinta
  • Khalid Sheikh Mohammed
  • Kim Hyun Joong
  • Kim Jong II
  • Kristen Stewart
  • Leonard Kleinrock (internet)
  • Leonardo DeCaprio
  • LIL WAYNE
  • Linking Park
  • Lionel Andrés Messi
  • Lyndon Johnson
  • Marco Simoncelli
  • Marie Antoniette
  • Mario Puzo
  • Marilyn Monroe
  • Mark Wahlberg
  • Marlon Blando
  • Martin Scorsese
  • Martin Sheen
  • Martin Van Buren
  • Megawati
  • Michael Steven Bublé
  • Michael Jackson
  • Michael Jordan
  • Michelle Keegan
  • Michael Huckabee
  • Michael Owen
  • Mike Lazaridis(Blackberry)
  • Millard Fillmore
  • Muammar al-Qaddafi
  • Muhammed Ali
  • Nicholas Cage
  • Nicki Minaj
  • Nicky Hayden
  • Nostradamus
  • Oprah Winfrey
  • Pele (Edson Arantes Do Nascimento)
  • PITBULL
  • Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
  • Prof. Nigel Hitchin(mathematician)
  • Richard Nixon
  • Robert De Niro
  • Robert Pattinson
  • Roger Corman
  • Ronald Reagan
  • Rutherford Hayes
  • Scarlett Johansson
  • Sheyi Emmanuel Adebayor
  • Soeharto
  • Sophia Loren
  • Stephanie Mayer
  • Stephen King
  • Steven Frederic Seagal
  • Sukarno
  • Susilo Bambang Yudhoyono
  • Susy Susanty
  • Taylor Daniel Lutner
  • The Dropa Stone Discs
  • Theodore Roosevelt
  • Thomas A. Edison (telephone)
  • Thomas Jefferson
  • Timothy John (World Wide Web)
  • Ulysses Grant
  • Valentino Rossi
  • Warren Harding
  • Wayne Rooney
  • Will Smith
  • William Harrison
  • William McKinley
  • William Taft
  • Woodrow Wilson
  • Zacarias Moussaoui
  • Zachary Taylor
  • Zinedine Yazid Zidane
  • Zuckerberg (facebook)
  • English French German Spain Italian Dutch

    Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
    Translate Widget by Google

    Monday, March 12, 2012

    Dewa Budjana Life's Journey

    Dewa Budjana atau (I Dewa Gede Budjana; lahir di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963; umur 48 tahun) biasa dipanggil dengan Budjana adalah anggota grup musik Gigi.

    Dewa budjana.jpg
    Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar sudah sangat dominan, terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang neneknya untuk sekedar memenuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 rupiah.
    Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul "Hilangnya Seorang Gadis" dan lagunya The Rollies berjudul "Setangkai Bunga", itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur-literatur musik(gitar) yang formal.
    Budjana menjadi lebih bergairah dalam hal bermusik terlihat ketika dia pindah ke Surabaya, Jawa Timur di mana ia mengambil kursus musik klasik dan bergabung dengan sebuah band yang banyak berpartisipasi dalam pertunjukan musik. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas Budjana memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mengejar mimpinya berkarir sebagai musisi profesional.

    Awal Karier

    Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar sudah sangat dominan, terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang neneknya untuk sekedar memenuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 rupiah.
    Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul "Hilangnya Seorang Gadis" dan lagunya The Rollies berjudul "Setangkai Bunga", itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur-literatur musik(gitar) yang formal.
    Budjana menjadi lebih bergairah dalam hal bermusik terlihat ketika dia pindah ke Surabaya, Jawa Timur di mana ia mengambil kursus musik klasik dan bergabung dengan sebuah band yang banyak berpartisipasi dalam pertunjukan musik. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas Budjana memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mengejar mimpinya berkarir sebagai musisi profesional.

    Surabaya ke Jakarta

    Pada tahun 1976 ketika menginjak usianya yang ke tiga belas, nama Budjana mulai terdengar di dunia musik di Surabaya. Kemudian, pada tahun 1981 dia membeli sebuah gitar listrik ( Aria Pro II) dan mulai bermain musik dengan banyak orang yang berbeda. Perlahan-lahan gaya musiknya mulai berubah dari rock, pop ke jazz. Saat itu ia mulai terpengaruh oleh John McLaughlin dari Mahavishnu Orchestra, Chick Corea, Gentle Giant, Kansas, Tangerine Dream, American Garage, Pat Metheny dan Allan Holdsworth.
    Pada tahun 1980 Budjana mulai bergabung bersama Squirrel, band jazz pertama di sekolahnya di Surabaya. Squirrel sering ikut berpartisipasi dalam sejumlah acara musik nasional, termasuk Light Music Contest pada tahun 1984 di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Meskipun banyak kontestan turut serta dalam ajang lomba tersebut namun Budjana sanggup mengungguli kompetisi tersebut dan terpilih menjadi pemain gitar terbaik. Satu tahun setelah itu, Budjana memutuskan untuk terbang ke Jakarta untuk mengembangkan karir musiknya. Perjalanan ini membawanya ke Jack Lesmana sebuah legenda jazz Indonesia, yang memperkenalkannya kepada musisi profesional lainnya.Dari beliau Budjana banyak mengenal dan mendapatkan pengetahuan mengenai filosofi-filosofi dalam bermain jazz, termasuk tentu saja bermain standard jazz dengan lebih baik.

    (1985-1993): Setelah di Jakarta

    Meskipun Jack Lesmana memberikan Budjana banyak kesempatan dan peluang dalam karir bermusik di Indonesia namun Indralah yang pertama kali membujuknya untuk menjadi seorang session player. Setelah menjalani hidup di Jakarta Budjana akhirnya mulai beradaptasi dan banyak bergaul dengan musisi-musisi lokal yang baru ia kenal, bermain musik di kafe juga salah satu kegiatan rutinnya. Beruntung tidak berapa lama setelah itu Budjana mulai banyak mendapatkan tawaran untuk mengisi rekaman-rekaman kaset seperti pada album solo Indra Lesmana, Catatan si Boy II, Andre Hehanussa, Heidy Yunus, Memes, Chrisye, Mayangsari, Dewi Gita, Desy Ratnasari, Potret, Trakebah, Caesar (Deddy Dores), Nike Ardila dan lain-lain.
    Beberapa tahun kemudian Budjana bergabung dengan Spirit band dan sempat merilis dua album bersama grup musik tersebut, yang pertama berjudul "Spirit" dan yang ke dua berjudul "Mentari". Beberapa tahun setelah itu Budjana memutuskan untuk keluar dari Spirit band dan bergabung dengan Java Jazz (Indra Lesmana). Ia juga sempat bermain dengan banyak band seperti Jimmy Manopo Band, Erwin Gutawa Orkestra, Elfa's Big Band dan Twilite Orchestra.
    Di antara tahun 1989 - 1993 Budjana juga pernah membantu Indra Lesmana untuk mengajar di sekolah miliknya. Di sela-sela waktu mengajar itu kadang sering dipergunakan oleh Budjana untuk berlatih gitar secara trio atau jam session dengan siapapun di sekolah tersebut. Pada tahun 1993 Budjana bergabung dengan Indra Lesmana "Java Jazz" bersama Cendy Luntungan (drum) dan Jefrey Tahalele (bass akustik) dan sempat merilis satu album berjudul "Moon in Asia" atau "Bulan di Asia" dengan genre jazz yang agak progressive dicampur dengan sentuhan musik New Age.Bersama Java Jazz Budjana juga sering ikut berpartisipasi dalam banyak festival Jazz seperti North Sea Jazz Festival, World Jazz Convention di Den Haag, Belanda, Jak Jazz, Java Jazz festival dan banyak lagi.

    (1994-kini): Bersama Gigi

    "Gitarku……..hidupku" "Gitarku……..kekasihku" "Gitarku……..inspirasiku" "Gitarku……..karyaku" & "kupersembahkan gitarku."
    —Dewa Budjana
    Hingga saat ini Dewa Budjana masih bersama Gigi, band yang dibentuknya pada tahun 1994 bersama Baron (gitar), Thomas (bass), Armand Maulana (vokal) dan Ronald (drum). Sebelumnya pada tahun 1992 Budjana pernah menyampaikan keinginannya untuk membentuk grup musik dengan dua pemain gitar. Keinginannya tersebut baru terwujud dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1994. Dia membentuk band dengan formasi dua gitaris, berpasangan dengan Baron. Band itulah yang sekarang dikenal dengan nama GIGI. Awalnya perjalalanan Gigi terhitung cukup mulus, di albumnya yang ke dua yaitu "Dunia" Gigi sanggup mencentak penjualan yang cukup fantastis yaitu 400 ribu copy. Namun sayangnya setelah album tersebut Gigi harus rela kehilangan Baron. Kemudian setelah itu bongkar pasang personilpun tak terhindarkan lagi. Namun setelah hadirnya Hendy di album Next Chapter pada tahun 2006 Gigi terlihat mulai stabil kembali.
    Bersamaan dengan Gigi di album yang ke enam, Budjana mencoba meneruskan cita-citanya yang dulu yaitu membuat album solo jazz. Sejak saat itu Budjana telah merilis sebanyak 4 album solo yang berjudul : Nusa Damai, Gitarku, Samsara dan Home. Home adalah sebuah album penghormatan kepada korban bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember tahun 2004.Di album "Samsara" , Budjana juga mulai melibatkan musisi luar seperti Peter Erskine (pemain drum dari grup musik Weather Report). Pada bulan Desember tahun 2007 .Budjana menggelar konser solonya untuk yang pertama kali dengan tema "Gitarku, "Hidupku"; "Kekasihku". Ditemani antara lain oleh : Adi Darmawan (bass), Sandy Winarta (Drum), Irsa Destiwi (Keyboard), Jalu D. Pratidina (Kendang) dan Saat pada (suling). Kemudian pada tahun 2010 Budjana menggelar lagi konser tunggalnya untuk yang ke dua kalinya dengan dibantu musisi-musisi antara lain : Sandy Winarta (drum), Shadu Shah Chaidar (bass), Irsa Destiwi (piano), Dandy Lasahido (keyboards), Saat (suling) dan Jalu Pratidina pada (perkusi).
    Menurut pengamat musik Denny Sakrie gitar bagi Budjana adalah belahan jiwa bahkan gitar adalah refleksi sebuah harga diri atau kehormatan. Budjana dan gitarnya adalah sebuah senyawa yang tak terpisahkan. Ini diperlihatkan ketika menggelar konser tunggalnya di Gedung Kesenian Jakarta , yang dibarengi peluncuran buku Gitarku, Hidupku, Kekasihku. Kekuatan utama Budjana terletak pada serpihan komposisi yang kuat dan selalu menyusupkan tema tertentu serta menyusupkan roh yang kuat pula dalam pola permainan gitarnya. Kekaguman dan luapan rasa cinta Budjana terhadap sosok wanita juga sangat terasa dalam beberapa komposisi karyanya. Pada saat itu Budjana menggunakan 8 gitar kesayangannya, termasuk gitar Parker Fly yang diberinya nama Saraswati.

     Trisum

    Trisum awalnya terbentuk pada tahun 2004 dimana Budjana, Tohpati, dan Balawan tampil sepanggung dalam sebuah acara peluncuran produk. Setahun kemudian mereka bertiga tampil di pagelaran Java Jazz Festival dan ternyata mendapat sambutan yang sangat baik dari penonton. Mereka kembali tampil sepanggung dalam konser bertajuk Dialog Tiga Gitar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) pada akhir tahun 2005. Di konser inilah kiprah tiga gitaris handal ini semakin dikenal luas oleh publik, dimana selanjutnya mereka pun roadshow ke berbagai kota di Indonesia.

    0 komentar:

    Post a Comment

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More